Seringkali kita melihat warung kopi warung kopi penuh dengan laki laki, baik yang sudah beristri maupun yang masih bujangan. Bagi yang masih bujangan bisa di katakan wajar kalau dia ke warung kopi karena mungkin dia malas untuk membuat kopi sendiri dan menikmatinya sendirian. Tapi lihatlah
Tidak sedikit para suami pula yang berlama lama menikmati kopi di warung itu sembari ngobrol berlama lama dengan teman teman nya.. padahal dia memiliki istri yang pastinya juga bisa untuk membuat secangkir kopi. adakah di rumah nya istri nya tidak bisa ataukah tidak sempat membuat segelas kopi untuk suaminya? Sehingga para suami lebih banyak memilih membeli secangkir kopi di warung kopi. Adakah kopi buatan istri tidak lebih nikmat di banding kopi buatan penjual warung kopi? yang jelas kenikmatan itu adalah sebuah rasa. Dan jika kopi itu di sajikan dengan ramuan cinta dan kasih sayang. ibarat bagaimanapun pahitnya akan terasa manis. Itulah yang terkadang kopi warung lebih nikmat karena sang penjual melayani dengan penuh keikhlasan dan berharap pembeli itu akan ketagihan dan berlangganan di warung kopinya, sedang kopi rumah sering kali terasa pahit karena terkadang sang pembuat dengan beban berat yang bergelayut dan bahkan dengan rasa malas. Ataukah barangkali penjual di warung kopi itu lebih cantik dari istrinya? itu juga bisa menjadi alasan para laki laki dengan pelayanan wanita cantik di warung kopi. Namun tidak jarang pula justru penjual di warung kopi tersebut adalah emak emak yang sudah berumur. Untuk kasus ini alangkah baiknya kita para istri berintropeksi diri. Bagi para istri yang suaminya gemar minum kopi, sudahkah kita membuatkan secangkir kopi cinta dengan ketulusan dan keikhlasan? Barangkali justru kita sering lupa bahwa secangkir kopi dari tangan kita yang sebenarnya begitu ringan kita lakukan tapi terasa begitu berat untuk kita Hidangkan sehingga suami pun lebih memilih ngopi di luar dan tentunya bersama teman teman nya. Tanpa kita sadari kita sudah kelihangan kebersamaan indah bersama suami kita hanya karena segelas kopi. kapan lagi kita akan duduk bersama suami dengan aktifitas suami kita yang begitu padat. Dengan seambrek pikiran suami untuk menafkahi keluarga. Dan di moment ngopi inilah saat dimana suami menghabiskan waktu nya untuk sebentar melepaskan penat fikiran nya mencari nafkah. Namun kita para istri justru kadang lebih memilih untuk segera menyelesaikan tugas tugas kita sebagai ibu rumah tangga atau bagi wanita karir lbh memilih sibuk dengan urusan nya. Mari sejenak kita luangkan waktu kita untuk membuat kopi untuk suami kita dengan penuh cinta dan menemaninya menikmati kopi itu dengan obrolan obrolan ringan kasih sayang. Dengan begitu insyaAllah suami tidak lagi hanya sekedar ngopi di warung kopi. Toh kalaupun dia harus ngopi di warung kopi dengan teman teman nya dia memiliki alasan yang masuk akal untuk sebuah proyek atau sejenisnya. Yang pastinya dia lakukan untuk kebahagiaan keluarga kita. Bukan untuk kebahagiaannya sendiri. Atau pelarian dari sebuah kebutuhan. Selamat menyajikan secangkir kopi cinta dan kasih sayang dengan ketulusan dan kasih sayang..
1 komentar:
Artikelnya sangat mendidik bu nyai...
Post a Comment