FATIMAH BINTI ASAD
Fatimah binti
Asad adalah ibu Ali bin Abi Thalib, dan istri paman Nabi SAW, Abu Thalib, yang
mana Nabi telah dibesarkan olehnya, pada masa dia berada di bawah asuhan
pamannya, Abu Thalib. Dengan kedua tangannyalah, Fatimah memelihara Nabi SAW,
seperti dia membesarkan anak-anaknya yang lain. Fatimah adalah diantara para
wanita yang pertama memeluk Islam, dia juga ikut serta berhijrah dengan Nabi ke
Madinah.

Ada riwayat yang mengatakan, bahwa Fatimah telah memberi nama anaknya Ali Haidarah, sama dengan nama ayah Fatimah sendiri. Haidarah adalah nama singa, Ali merasa bangga dan selalu meminta orang memanggilnya dengan nama ini, katanya, “Akulah orang yang dinamakan oleh ibuku Haidarah (Singa)”.
Fatimah binti
Asad telah memainkan peranan penting dalam kehidupan Rasulullah SAW di masa
kecilnya, Muhammad adalah seorang anak yatim piatu yang pemeliharaannya
berganti-ganti antara suku Bani Hasyim. Setelah ibunya meninggal dunia,
Muhammad dipelihara oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Kemudian, ketika kakeknya
meninggal, pemeliharaannya telah berpindah kepada pamannya Abu Thalib. Dan
hiduplah anak yatim piatu ini bersama-sama dengan anak-anak pamannya..
Muhammad
adalah seorang anak yang miskin, dan yatim piatu. Fatimah sangat sayang
kepadanya, sebab dia sendiri di masa kecilnya telah merasakan kehidupan sebagai
anak yatim, sebagaimana yang dirasakan kini oleh Muhammad. Fatimah telah
mencoba sedaya upaya untuk meringankan beban Muhammad, supaya dia tidak
merasakan adanya perbedaan antara dia dengan anak-anaknya. Bahkan yang terjadi
sebaliknya, Fatimah selalu memberikan perhatian yang istimewa kepada Muhammad,
sehingga adakalanya, dia melebihkan Muhammad dalam sesuatu daripada
anak-anaknya sendiri.
Asuhannya yang
baik itu telah meninggalkan kesan yang mendalam dalam diri Muhammad si anak
yatim piatu itu. Muhammad senantiasa menghormatinya, dan mengingatnya sampai
dia meninggal dunia, ia memuliakannya sebagaimana dia memuliakan ibunya
sendiri.
Fatimah
mempunyai akhlak yang terpuji, sifat yang baik dan iman yang teguh.
Kepribadiannya yang kukuh itu telah meninggalkan bekas yang mendalam dalam jiwa
anak-anaknya terutama sekali Ali bin Abu Thalib. Dia terus menjalankan
peranannya setelah kepergian suaminya, Abu Thalib. Dia telah memeluk Islam,
kemudian berhijrah serta merasakan kehidupan yang baru dalam menegakkan
tiang-tiang agama yang baru itu di Madinah.
Nabi SAW tidak
pernah melupakan jasanya, bahkan baginda senantiasa datang untuk menziarahi di
rumahnya, dan baginda menghormatinya dengan penghormatan yang luar biasa. Dia
selalu menjadikannya sebagai suri tauladan, serta menunjukkan gambaran ikhlas,
jujur dan setia kepada janjinya, sebagaimana baginda mengangggapnya sebagai
orang tua di dalam keluarganya.
Fatimah binti
Asad meninggal dunia di Madinah pada masa Rasulullah SAW. Ada suatu riwayat dari Ali Bin Al-Husain
berbunyi: Telah bercerita kepadaku ayahku, Al-Husain bin Ali, bahwasanya dia
berkata: Aku telah mendengar Amirul Mu’minin, Ali bin Abu Thalib mengatakan: “Ketika
Fatimah binti Asad bin Hasyim meninggal dunia, dia dikafani sendiri oleh
Rasulullah SAW dengan pakaiannya. Kemudian baginda mesholatkannya dengan
bertakbir sebanyak 50 kali. Kemudian baginda turun ke dalam kuburnya, dan
menundukkan kepalanya ke seluruh penjuru kubur itu, seolah-olah baginda
meluaskannya, kemudian baginda meratakannya, ketika baginda keluar dari
kuburnya itu, matanya berlinang air mata, kemudian baginda berlutut di atas
kuburnya”.
Dalam riwayat
yang lain, dikatakan bahwa baginda telah berbaring di sampingnya di dalam kubur
itu. Umar bin A1-Khattab mendekati baginda, kemudian bertanya kepadanya: “Wahai
Rasulullah! Aku telah melihatmu berbuat sesuatu kepada wanita ini, yang kau
tidak pernah berbuat kepada siapapun sebelum ini”.
Maka baginda
menjawab: “Wahai Umar! Sesungguhnya perempuan ini dahulu seperti ibuku
sendiri yang telah melahirkan aku. Sesungguhnya Abu Thalib telah banyak berbuat
budi kepadaku dari makan minum dan sebagainya. Dan dia sering mengumpulkan kami
makan bersama-samanya, dan perempuan ini telah mengutamakan aku dari
makanan-makanan yang ada untuk diberikan kepadaku”.
Di dalam
riwayat yang lain, bahwasanya Fatimah telah meninggal dunia di Madinah, maka
baginda memakaikan bajunya, lalu baginda berbaring di sampingnya di dalam
kuburnya. Ada
orang berkata kepada baginda : “Kami tidak pernah melihat engkau membuat
sesuatu seperti yang kau buat kepada perempuan ini”. Jawab baginda:
“Sesungguhnya
tiada seorangpun sesudah Abi Thalib yang banyak berbudi kepadaku daripada
perempuan ini. Aku memakaikannya bajuku supaya dia dipakaikan dari pasangan
baju di dalam syurga, dan aku berbaring di sampingnya sebentar supaya dia
diiringkan didalam kubur”.
Sekali lagi,
Nabi SAW telah menarik perhatian kaum muslimin dalam kepentingan peranan ibu di
dalam Islam, dan Baginda telah mengemukakan suatu tauladan yang baik untuk
setia pada janji. Memang tiadalah heran, jika sifat ini terus menerus melekat
di dalam jiwanya, sebab dialah seorang anak yatim, yang dari sejak dia mulai
mengenal hidup, dan terbuka matanya, hatinya dan pemikirannya, sedang dia telah
merasakan kepahitan jauhnya belai kasihan dari ibu dan kasih sayangnya, sebab
itulah baginda terus menerus menyimpan di dalam kalbunya semua gerak gerik
kecintaan dan kesayangan terhadap setiap wanita yang memberikannya belaian
kasih sayang seorang ibu yang tidak beliau temukan di masa kecilnya.
Inilah yang
sering kita lihat tentang penghormatan Nabi SAW terhadap Tsuwaibah Al
Aslamiyah, Halimah As Sa’diyah, dan Assyaima’ dan siapa saja dari wanita yang
terdekat kepadanya di masa kanak kanaknya. Dan Fatimah binti Asad mempunyai
peranan yang besar, lagi penting di dalam kehidupan Rasulullah yang terus
menerus dipeliharanya oleh baginda sampai detik terakhir kehidupan Fatimah itu.
Fatimah binti Asad, karena sebab kedekatannya dengan
Rasulullah SAW adalah sumber untuk nukilan dan riwayat. Dia telah menyimpan di
dalam ingatannya banyak perkara. Dia telah meriwayatkan daripada Nabi SAW
sebanyak 46 hadits. Dan yang dikeluarkan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim,
hanya satu hadist saja yang derajatnya Muttafaq Alaihi. Moga-moga Allah SWT
meridhoinya. Amin!
0 komentar:
Post a Comment