ADS

Friday, 1 January 2016

FATIMAH BINTI ASAD



FATIMAH BINTI ASAD

Fatimah binti Asad adalah ibu Ali bin Abi Thalib, dan istri paman Nabi SAW, Abu Thalib, yang mana Nabi telah dibesarkan olehnya, pada masa dia berada di bawah asuhan pamannya, Abu Thalib. Dengan kedua tangannyalah, Fatimah memelihara Nabi SAW, seperti dia membesarkan anak-anaknya yang lain. Fatimah adalah diantara para wanita yang pertama memeluk Islam, dia juga ikut serta berhijrah dengan Nabi ke Madinah.
1Dan telah diriwayatkan oleh Al-Hakim di dalam kitab ‘Al-Mustadrak’ bahwa Fatimah binti Asad bin Hasyim adalah wanita pertama yang dilahirkan dari suku Bani Hasyim.

Ada riwayat yang mengatakan, bahwa Fatimah telah memberi nama anaknya Ali Haidarah, sama dengan nama ayah Fatimah sendiri. Haidarah adalah nama singa, Ali merasa bangga dan selalu meminta orang memanggilnya dengan nama ini, katanya, “Akulah orang yang dinamakan oleh ibuku Haidarah (Singa)”.
Fatimah binti Asad telah memainkan peranan penting dalam kehidupan Rasulullah SAW di masa kecilnya, Muhammad adalah seorang anak yatim piatu yang pemeliharaannya berganti-ganti antara suku Bani Hasyim. Setelah ibunya meninggal dunia, Muhammad dipelihara oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Kemudian, ketika kakeknya meninggal, pemeliharaannya telah berpindah kepada pamannya Abu Thalib. Dan hiduplah anak yatim piatu ini bersama-sama dengan anak-anak pamannya..
Muhammad adalah seorang anak yang miskin, dan yatim piatu. Fatimah sangat sayang kepadanya, sebab dia sendiri di masa kecilnya telah merasakan kehidupan sebagai anak yatim, sebagaimana yang dirasakan kini oleh Muhammad. Fatimah telah mencoba sedaya upaya untuk meringankan beban Muhammad, supaya dia tidak merasakan adanya perbedaan antara dia dengan anak-anaknya. Bahkan yang terjadi sebaliknya, Fatimah selalu memberikan perhatian yang istimewa kepada Muhammad, sehingga adakalanya, dia melebihkan Muhammad dalam sesuatu daripada anak-anaknya sendiri.
Asuhannya yang baik itu telah meninggalkan kesan yang mendalam dalam diri Muhammad si anak yatim piatu itu. Muhammad senantiasa menghormatinya, dan mengingatnya sampai dia meninggal dunia, ia memuliakannya sebagaimana dia memuliakan ibunya sendiri.
Fatimah mempunyai akhlak yang terpuji, sifat yang baik dan iman yang teguh. Kepribadiannya yang kukuh itu telah meninggalkan bekas yang mendalam dalam jiwa anak-anaknya terutama sekali Ali bin Abu Thalib. Dia terus menjalankan peranannya setelah kepergian suaminya, Abu Thalib. Dia telah memeluk Islam, kemudian berhijrah serta merasakan kehidupan yang baru dalam menegakkan tiang-tiang agama yang baru itu di Madinah.
Nabi SAW tidak pernah melupakan jasanya, bahkan baginda senantiasa datang untuk menziarahi di rumahnya, dan baginda menghormatinya dengan penghormatan yang luar biasa. Dia selalu menjadikannya sebagai suri tauladan, serta menunjukkan gambaran ikhlas, jujur dan setia kepada janjinya, sebagaimana baginda mengangggapnya sebagai orang tua di dalam keluarganya.
Fatimah binti Asad meninggal dunia di Madinah pada masa Rasulullah SAW. Ada suatu riwayat dari Ali Bin Al-Husain berbunyi: Telah bercerita kepadaku ayahku, Al-Husain bin Ali, bahwasanya dia berkata: Aku telah mendengar Amirul Mu’minin, Ali bin Abu Thalib mengatakan: “Ketika Fatimah binti Asad bin Hasyim meninggal dunia, dia dikafani sendiri oleh Rasulullah SAW dengan pakaiannya. Kemudian baginda mesholatkannya dengan bertakbir sebanyak 50 kali. Kemudian baginda turun ke dalam kuburnya, dan menundukkan kepalanya ke seluruh penjuru kubur itu, seolah-olah baginda meluaskannya, kemudian baginda meratakannya, ketika baginda keluar dari kuburnya itu, matanya berlinang air mata, kemudian baginda berlutut di atas kuburnya”.
Dalam riwayat yang lain, dikatakan bahwa baginda telah berbaring di sampingnya di dalam kubur itu. Umar bin A1-Khattab mendekati baginda, kemudian bertanya kepadanya: “Wahai Rasulullah! Aku telah melihatmu berbuat sesuatu kepada wanita ini, yang kau tidak pernah berbuat kepada siapapun sebelum ini”.
Maka baginda menjawab: “Wahai Umar! Sesungguhnya perempuan ini dahulu seperti ibuku sendiri yang telah melahirkan aku. Sesungguhnya Abu Thalib telah banyak berbuat budi kepadaku dari makan minum dan sebagainya. Dan dia sering mengumpulkan kami makan bersama-samanya, dan perempuan ini telah mengutamakan aku dari makanan-makanan yang ada untuk diberikan kepadaku”.
Di dalam riwayat yang lain, bahwasanya Fatimah telah meninggal dunia di Madinah, maka baginda memakaikan bajunya, lalu baginda berbaring di sampingnya di dalam kuburnya. Ada orang berkata kepada baginda : “Kami tidak pernah melihat engkau membuat sesuatu seperti yang kau buat kepada perempuan ini”. Jawab baginda:
“Sesungguhnya tiada seorangpun sesudah Abi Thalib yang banyak berbudi kepadaku daripada perempuan ini. Aku memakaikannya bajuku supaya dia dipakaikan dari pasangan baju di dalam syurga, dan aku berbaring di sampingnya sebentar supaya dia diiringkan didalam kubur”.
Sekali lagi, Nabi SAW telah menarik perhatian kaum muslimin dalam kepentingan peranan ibu di dalam Islam, dan Baginda telah mengemukakan suatu tauladan yang baik untuk setia pada janji. Memang tiadalah heran, jika sifat ini terus menerus melekat di dalam jiwanya, sebab dialah seorang anak yatim, yang dari sejak dia mulai mengenal hidup, dan terbuka matanya, hatinya dan pemikirannya, sedang dia telah merasakan kepahitan jauhnya belai kasihan dari ibu dan kasih sayangnya, sebab itulah baginda terus menerus menyimpan di dalam kalbunya semua gerak gerik kecintaan dan kesayangan terhadap setiap wanita yang memberikannya belaian kasih sayang seorang ibu yang tidak beliau temukan di masa kecilnya.
Inilah yang sering kita lihat tentang penghormatan Nabi SAW terhadap Tsuwaibah Al Aslamiyah, Halimah As Sa’diyah, dan Assyaima’ dan siapa saja dari wanita yang terdekat kepadanya di masa kanak kanaknya. Dan Fatimah binti Asad mempunyai peranan yang besar, lagi penting di dalam kehidupan Rasulullah yang terus menerus dipeliharanya oleh baginda sampai detik terakhir kehidupan Fatimah itu.
Fatimah binti Asad, karena sebab kedekatannya dengan Rasulullah SAW adalah sumber untuk nukilan dan riwayat. Dia telah menyimpan di dalam ingatannya banyak perkara. Dia telah meriwayatkan daripada Nabi SAW sebanyak 46 hadits. Dan yang dikeluarkan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim, hanya satu hadist saja yang derajatnya Muttafaq Alaihi. Moga-moga Allah SWT meridhoinya. Amin!

0 komentar:

Post a Comment