SUMAYYAH BINTU KHUBATH
Hadist mulia:
Rasulullah SAW
bersabda, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, karena tempat yang dijanjikan bagi
kalian adalah surga”.
Rasulullah SAW
bersabda, “Ya Allah janganlah Engkau siksa seorang pun dari keluarga Yasir
dengan api neraka”.
Keluarga Yasir
Keluarga yang
agung ini menghimpun segala keutamaan kesabaran dan jihad.
Keutamaan-keutamaan itu semerbak harum menebarkan aroma minyak wangi, yang
menampilkan contoh kelurusan iman dan pemenuhan terhadap janji Allah.
Keluarga ini
datang dari tempat yang berbeda-beda, tapi mereka bersatu di Makkah, negri yang
aman, yang menjadi tempat terbitnya cahaya, dan dari sana pula keluarga Yasir terbentuk.
Pemimpin rumah tangga ini, Yasir bin Amir bin
Malik berasal dari Yaman. Dia datang ke Makkah dalam rangka mencari jejak
saudaranya, yang juga disertai dua saudaranya,
Al-Harits dan Malik. Namun kedua saudaranya ini akhirnya kembali lagi ke
Yaman, sementara Yasir tetap
berada di Makkah, yang disana pula dia mendapatkan sikasaan yang keras. Disana
dia menjalin persahabatan dengan Abu Hudzaifah bin Mughirah bin Abdullah
Al-Mukhzumy, yang kemudian dia menikakannya dengan seorang budak wanita,
Sumayyah bintu Khubath, lalu melahirkan seorang anak bernama Ammar. Kemudian
Abu Haudzaifah memerdekakanya. Sedangkan Yasir dan Ammar tetap bersama Abu
Hudzaifah hingga ia meninggal
dunia.
Ammar memiliki dua saudara lain, yaitu Abdullah
dan Huraits. Huraits terbunuh semasa Jahiliyah. Dari sinilah keluarga yang
dihiasi dengan pengorbanan dan jihad yang harim ini melui menorehkan tinta dari
cahaya pada masa fajar Islam, yang sinarnya tetap memancar hingga saat ini,
yang diberkahi hingga akhir zaman.
Orang-orang yang Pertama-tama
dan Lebih Dahulu Masuk Islam
Tak seberapa lama Makkah disinari cahaya
Islam, keluarga Yasir sudah langsung memenuhi panggilan iman kepada Allah dan
membenarkan Nabi SAW. Sesaat setelah keluarga yang diberkahi ini mengumumkan
ke-Islamannya, maka sejak saat itu pula sejarah telah memberikan kesaksian yang
abadi dalam sanubari dan hati manusia.
Adapun pahlawan kita ini ialah Sumayyah bintu
Khubath, seorang budak wanita yang urusannya tidak keluar dari pengabdian
kepada tuannya, Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah Al-Mukhzumy. Bahkan namanya sama sekali tidak pernah kenal
diseluruh pelosok Makkah. Dia seorang wanita yang badannya besar, yang usianya sudah memasuki senja, hanya
saja dia memiliki akal yang jernih, hatinya memancarkan bata dan semangat.
Sumayyah masuk Islam dan membenarkan Nabi SAW. Dia
mengikuti jalan yang lurus, sehingga karenanya dia mendapatkan kemuliaan dan
keabadian. Sebagaimana yang dikatakan Al-Imam Adz-Dzahavy Rahimahullah, dia
termasuk shahabiyah yang terkemuka.
Nama Sumayyah tertera dalam daftar orang-orang
yang diabadikan. Jika disebutkan nama-nama orang-orang yang berada di barisan
terdepan dalam kesabaran, maka disana tertera nama shahabiyah yang mulia,
Sumayyah. Jika disebutkan nama-nama para syuhada’, maka namanya tertera dalam daftar pertama, dengan huruf yang
bersinar terang, menebarkan keharuman dan mengisyaratkan keabadian.
Tujuh Orang Pertama
Diantara sisi kehidupan shahabiyah yang sabar ini ialah imannya yang lebih dini. Dia
termasuk orang-orang yang hatinya lebih dahulu dimasuki iman. Tidak dapat
diragukan, imannya yang
mendalam terhadap Allah,
menjadikan dirinya tegar dipenghujung cahaya. Bahkan dialah orang pertamna yang menampakakan ke-Islaman. Yang
pasti, dia adalah orang ketujuh yang masuk Islam. Al-Iman Asz-Dzahaby
Rahimahullah di dalam bukunya, Siyar A’lamin-Nubala’ menyebutkan nama-nama
orang yang pertama-tama beriman, dan nama Sumayyah Radhiyallahu Anha termasuk
di dalam daftar nama-nama ini.
Abdullah bin Mas’ud r.a. meriwayatkan hal ini
dengan berkata, “Yang pertama-tama menampakkan Islam ada tujuh orang, yaitu
Rasulullah SAW, Abu Bakar, Ammar, ibunya Sumayyah, Shuhaib, Bilal dan
Al-Miqdad. Rasulullah SAW mendapat perlindungan dari paman beliau. Abu Bakar mendapat perlindungan
dari kaumnya. Adapun yang
lain-lainnya harus mengalami penyiksaan yang keras dari orang-orang musyrik,
dikenakan baju besi lalu dilentangkan dibawah terik matahari. Tak seorangpun
diantara mereka kecuali harus memenuhi apa yang mereka inginkan, kecuali Bilal.
Dia tidak peduli apa yang menimpa pada dirinya karena Allah. Dia juga tidak
perduli terhadap kaumnya. Ketika dia disiksa, maka anak-anak kecil ikut mengerubungnya, dan dia hanya mampu
mengucap, “Ahad, Ahad.”
Sejak itulah rentetan penyiksaan harus diterima
segolongan orang yang beriman kepada Rabb-nya ini, yang justru menambah keimanan
dan ikatan hatinya. Mereka berkata: "Rabb kami adalah Penguasa langit dan
bumimu.”
Yang berada dibarisan terdepan dari golongan ini
ialah keluarga Sumayyah r.a.
Kemarahan orang-orang Quraisy benar-benar memuncak. Hampir setiap nafas orang
yang mengucapkan, “Rabb kami adalah Allah.” Kemudian mereka tetap istiqomah dan
mengikuti Rasulullah SAW. Sementara beliau hanya bisa memberikan seorang pun yang memberi jaminan perlindungan.
Dampaknya, mereka harus menerima berbagai jenis penyiksaan dari orang-orang
misyrik yang terbakar oleh api dendam dan kebencian terhadap dakwah Islam.
Mereka memuaskan keinginan yang gila dengan menyiksa Sumayyah dan keluarganya.
Ibnul-Atsir Rahimahullah menyebutkan di dalam
kitab-kitab, Usdul-Fhabah tentang siksaan yang harus dialami Sumayyah, dengan
berkata, “Dia termasuk orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam dan dia juga
termasuk orang yang mendapat sikasaan yang keras karena Allah.”
Keluarga yang Sabar
Tidak ada yang dapat dilakukan manusia kecuali
harus terkagum-kagum terhadap keluarga Yasir, sebuah keluarga yang mulia, yang
diberi kemudahan, yang mampu menggegerkan para pemimpin dan pemuka Makkah.
Meraka yang tadinya tempak sebagai orang-orang yang lemah-lembut, tidak lagi
memiliki sifat itu. Bahkan hampir saja meraka kalap karena rasa amarah ketika
mereka melihat keluarga ini justru semakin tenang dan mantap, tidak takut
siksaan, tidak surut dari akidah meskipun mereka dijemur dibawah terik matahari
dalam keadaan kehausan. Ketengaran keluarga ini membuat orang-orang musyrik
keheranan dan sekaligus
kaget, yang justru membuat mereka semakin bingung dan juga berang. Mereka menggelandang Ammar
bersama bapak dan ibunya ke tengah padang pasir, ketika permukaaan pasir sedang panas-panasnya, agar mereka keluar dari Islam. Tapi
keluarga yang sabar itu justru semakin tegas, tambah beriman dan pasrah, terutama
setelah mereka mendengar doa permohonan ampunan Nabi SAW bagi keluarga ini>
Salim bin Abdul-Ja’ad meriwayatkan, dia berkata, "Utsman
memanggil beberapa shahabat Nabi SAW, yang diantara mereka terdapat Ammar bin Yasir". Utsman berkata, “Aku kan menyampaikan
kepada kalian hadist tentang Ammar. Aku bersama Nabi SAW ke Al-Bathha’ hingga
kami menemui Ammar beserta ibu dan bapaknya, sementara orang-orang musyrik
menyiksa mereka". Yasir
berkata kepada Nabi SAW, "Apakah selamanya aku akan begini?", beliau
bersabda, “Bersabarlah!” kemudian beliau bersabda, “Ya Allah, berilah
ampunan bagi keluarga Yasir, karena Engkau telah berbuat apa yang Engkau
perbuat” (Ditakhrij Ahmad).
Sumayyah Menentang
Orang-oramg Quraisy hampir tidak pernah menhentikan
siksaan terhadap Sumayyah beserta suami dan anaknya ketika mereka melihat
keluarga ini tetap tegar dan sabar, terutama Sumayyah r.a. yang tetap berpegang
teguh kepada akidahnya, meskipun suaminya sudah meninggal karena penyiksaan.
Sejak saat itulah dia justru menentang dan memberikan reaksi tergadap Bani
Al-Mughirah bin Abdullah bin Mukhzum, yang dipelopori oleh Abu Jahl. Dia layaknya orang tidak waras
dan tidak berperasaan ketika melihat reaksi Sumayyah, karena sikap Sumayyah ini
dianggap sebagai pelecehan terhadap dirinya. Sumayyah relah berhasil
mencabik-cabik kebesaran nama Abu Jahl karena kesabaran dan ketenangannya.
Hatinya hampir saja meledak karena Sumayyah tidak mau mengolok-ngolok atau
mengejek-ngejek Rasulullah SAW, meskipun hanya dengan satu kata.
Abu Jahl, semoga Allah menghinanya, tidak
membiarkan satupun sarana untuk menghalangi manusia dari jalan Allah melainkan
dia mempergunakannya. Dia tidak mendapatkan satu jalan untuk menekan
orang-orang mukmin melainkan
dia melaluinya.
Sumayyah r.a. senantiasa sabar dalam
menghadapi segala sikasaan. Dia sabar sebagaimana kesabaran para pahlawan,
ketika dia disiksa Abu Jahl. Dia tidak surut dan tidak mengendor, apalagi
melemah imannya, kerena iman itulah yang telah mengangkatnya ke derajat
orang-orang yang hidup abadi, bahkan dia menjadi simbol wanita yang Sabar.
Syahid Pertama
Sumayyah r.a. adalah seorang wanita pertama yang menampakkan ke-Islamannya, disamping
sebagai orang yang syahid pertama yang mengorbankan dirinya di jalan Allah. Dia
merupakan sosok syahid yang sebenarnya, mengejarkan hakekat sabar kepada para
generasi penerus. Dalam kisah kesyahidannya itu terkandung pelajaran bagi
siapapun yang memiliki hati atau mempunyai pendengaran dan memiliki minat untuk
mempersaksikan.
Setelah suaminya, Yasir meninggal karena
penyiksaan, Sumayyah r.a. diserahkan kepada Abu Jahl yang jahat oleh pamannya,
Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah, sehingga orang jahat ini dapat menyiksa dengan
cara apapun yang ia inginkan, disamping mengolok-ngolok diri Rasulullah SAW
dengan sejuta sumpah-serapah dan umpatan. Suatu petang Abu Jahl bersikap keras
kepada Sumayyah, kemudian berkata
kepadanya, “Engkau tidak beriman kepada Muhammad melainkan karena engkau
tergila-gila kepada ketampanannya.”
Apa reaksi Sumayyah? Dia memberikan jawaban yang
tidak kalah kerasnya, karena dia juga marah dengan ucapan Abu Jahl tersebut.
Tidak ada ceminan keangkuhan dan kesewenang-wenangan Abu Jahl melainkan dia
menikam tombak ke tubuh Sumayyah hingga dia meningggal dunia sebagai syahid,
rohnya naik kepada Penciptanya dalam keadaan ridha dan diridhai, karena dia
memberikan kesaksian bahwa tiada llah melainkan Allah, dan bahwa
Muhammad adalah Rasul Allah.
Mujahid Rahimahullah berkata, “Syahid yang pertama
dalam Islam ialah ibu Ammar, Sumayyah, yang ditikam Abu Jahl dengan mengunakan
tombak, tepat diulu hatinya”.
Kesyahidan Sumayyah r.a. itu terjadi tujuh tahun
sebelum Hijrah, atau bertepatan dengan tahun 615M.
Ibnu-Juzy Rahimahullah berkata, “Dia adalah syahid
pertama dalam Islam. Semoga Allah meridhainya dan membuat ridha.”
Anak Sumayyah
Sumayyah, nama ini dan shahabat ini tetap hidup
abadi menebarkan keharuman setelah dia mati syahid dan beruntung mendapatkan
keridhaan Allah. Nabi SAW biasa memanggil anaknya, Ammar dengan sebutan “Ibnu
Sumayyah”. Tidak dapat dipungkiri bahwa panggilan yang diberkahi ini merupakan
penghormatan terhadap shahabiyah yang sabar dan baik ini. Panggilan yang lebih
sering meluncur dari lisan Rasulullah SAW.
Abdullah bin Mas’ud ea pernah berkata, “Aku pernah
mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Jika manusia saling berselisih, maka Ibnu Sumayyah berada dalam kebenaran.”
Ditempat lain juga disebutkan nama Sumayyah oleh Nabi SAW. Hadist ini juga diriwayatkan
Abdullah Bin Mas’ud, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW
bersabda, “Ibnu Sumayyah tidak diberi pilihan diantara dua perkara melainkan
dia memilih yang lebih mudah.” (HR. Al-Imam Ahmad)
Dalam hadist lain digambarkan Barakah, yang diriwayatkan Abu Sa’id, bahwa Rasulullah
SAW memanggil Ammar dengan sebutan “Wahai Ibnu Sumayyah.” Hal ini terjadi ketika
beliau membangun masjid di Madinah, seraya bersabda kepadanya, “Celaka engkau
wahai anak Sumayyah, karena golongan orang-orang yang dhalim akan membunuhmu.”
(HR. Muslim dan Al-Imam Ahmad)
Rasulullah SAW selalu menyebutkan nama Sumayyah
dengan keutamaan dan kebaikan. Sewaktu Perang Badar, beliau menyampaikan kabar
gembira bagi orang baik yang mendapat kebaikan, yang di dalam disebutkan nama
Sumayyah, tepatnya ketika musuh Allah, Abu Jahl terbunuh pada perang Badar itu.
Saat itu beliau bersabda kepada Ammar, “Allah telah membunuh orang yang membunuh ibumu.”
Ada baiknya untuk disebutkan dalam kesempatan kali
ini, bahwa Rasulullah SAW pernah berdo’a bagi Sumayyah dan keluarganya dengan
do’a yang diberkahi, katika Ammar menemui beliau karena siksaan keras yang
dialami ibu dan bapaknya, juga dirinya sendiri dari pihak orang-orang musyrik
Quraisy. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, kami mendapatkan sikasaan yang keras.”
Maka
beliau bersabda, “Bersabarlah wahai Abul-Yaqzhah (julukan bagi Ammar). Ya
Allah, jangan Engkau siksa seorang pun dari keluarga Yasir dengan api neraka”.
Kabar Gemabira Sebagai Penghuni Surga
إِنَّ اللهَ اشْتَرَى
مِنَ المُؤْمِنِيْنَ أَنْفَُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمْ الجَنَّةَ يُقَاتِلُوْنَ
فِي سَبِيْلِ اللهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَيُقْتَلُوْنَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي
التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيْلِ وَالقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللهِ فَاسْتَبْشِرُوْا
بِبَيْعِكُمْ الَّذِي بَايَعْكُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الفَوْزُ العَظِيْمِ(
التوبة: 111)
“Sesungguhnya Allah
telah membeli dari orang-orang Mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan
surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh
atau terbunuh. (itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah didalam Taurat,
Injil dan AL-Qur’an. Dan, siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari
pada Allah? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang telah kalian lakukan itu,
Itulah kemenangan yang besar” (At-Taubah: 111).
Sumayyah bintu Khubath r.a. termasuk sejumlah
wanita yang lebih dahulu masuk Islam dan bersegera memenuhi janji Allah serta
membenarkan apa yang telah dijanjikan Allah kepadanya, sehingga dia berhak
mendapatkan kabar gembira untuk masuk surga, dan sungguh itu merupakan kabar
gembira yang paling baik.
Semoga
Allah meridhai Sumayyah ibu Ammar, wanita dan orang pertama yang mati syahid
dalam Islam, ibu orang yang pertama kali membangun masjid dan digunakan untuk
shalat.
إِنَّ المُتَّقِيْنَ
فِي جَنَّاتٍ وَنَهْرٍ. فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيْكٍ مُقْتَدِرٍ (القمر:
54-55)
“Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, ditempat
yang disenangi di sisi Yang Kuasa”(Al-Qamar: 54-55).
0 komentar:
Post a Comment