ADS

Tuesday, 5 January 2016

ZAINAB BINTI KHUZAIMAH (UMMUL MASAKIN)



ZAINAB BINTI KHUZAIMAH
(UMMUL MASAKIN)

Masuknya Siti Hafsah, Ummul Mu’minin, putri Umar bin A1 Khattab r.a ke dalam rumah Rasulullah SAW telah menimbulkan cemburu yang besar dari Siti Aisyah r.a atas dirinya. Dan sekarang, biduk rumah tangga Rasulullah SAW pun berubah lagi, dengan masuknya istri yang baru pula, namun atas pertimbangan para istri yang lainnya.
Istri yang baru itu adalah Zainab Binti Khuzaimah Bin Al Haris Bin Abdullah bin Amru Bin Abdu Manaf Bin Hilal bin Amir bin Sakshaah dan suku kaum Bani Hilal.
Zainab binti Khuzaimah adalah seorang wanita yang menarik perawakannya, selalu berbelas kasihan dan berhati lembut. Dia menjadi istri Rasulullah SAW tidak lama, hanya kira-kira delapan bulan saja, sehingga dia menemui ajalnya dan meninggal dunia, ketika itu umurnya hanya mencapai 30 tahun saja, dia dikebumikan di tanah pekuburan Baqi’. Dia merupakan istri Nabi yang pertama, yang dikubur di Baqi’. Dia juga merupakan istri Nabi yang kedua yang mati dalam masa hayatnya, sesudah Siti Khodijah yang telah dikebumikan di Hajun, Makkah.


Barangkali, oleh karena masa yang dilalui oleh Zainab Binti Khuzaimah di rumah Rasulullah SAW terlalu singkat, maka kebanyakan dari ahli sejarah tidak begitu memperhatikan tentang biografinya, akan tetapi dia terkenal dengan beberapa sifat yang jarang sekali dibicarakan sampai sekarang, meskipun para ahli sejarah berbeda pendapat tentang sifat-sifat itu, namun dia tetap terkenal sebagai istri yang murah hati, baik budi, lagi mulia. Dia memiliki sifat belas kasihan yang luar biasa terhadap kaum fakir dan miskin. Dia kerap memberi mereka makan, memberi mereka sedekah, serta melindungi mereka dengan kelemah lembutannya, kesayangannya, dan belas kasihannya, sehingga dia dikenal dengan julukan “Ummul Masakin” yakni ibu orang-orang miskin.
Zainab binti Khuzaimah menikah dengan Rasulullah SAW, setelah menjadi janda, suaminya adalah seorang yang berbangsa Quraisy yang telah mati syahid. Para ahli sejarah telah berbeda pendapat dalam menentukan siapa suaminya sebelum menikah dengan Rasulullah SAW, sumber-sumbernya tidak sama, dan ada beberapa orang yang disebutkan namanya yang pernah menjadi suami Zainab binti Al Khuzaimah.
Sumber yang pertama mengatakan, bahwa suaminya adalah At-Tufail bin Al-Haris bin Abdi Mutholib, sesudah dia meninggal dunia, Zainab dinikahi oleh saudaranya pula, yaitu Ubaidah bin Al-Haris yang telah mati syahid di pertempuran Badar, kemudian barulah Nabi SAW, menikah dengan jandanya.
Ada riwayat lain yang mengatakan, bahwa Zainab adalah istri Abdullah Bin Jahsy yang mati syahid di pertempuran Uhud.
Riwayat lain lagi mengatakan, bahwa mula-mula Zainab menikah dengan At-Taufail, lalu diceraikan oleh At-Taufail, kemudian dinikahi pula oleh saudaranya Ubaidah yang mati syahid di pertempuran Badar itu.
Demikian pula para ahli sejarah telah berbeda pendapat dalam hal keturunan ibunya. Ada yang mengatakan, bahwa ibunya adalah Hindun binti Auf Bin Al-haris bin Hamathah Al Himyariyah. Ada juga yang menyatakan, bahwa tiada suatu suku Arab yang sangat mulia karena iparnya daripada Hindun, sebab mereka telah beriparkan Nabi SAW juga Ja’far bin Abu Thalib, Abu Bakar As Shidiq, Ali bin Abu Thalib.
Para ahli sejarah juga berselisih pendapat tentang lama berumah tangganya dengan Rasulullah SAW, ada yang mengatakan hanya dua bulan saja, ada yang mengatakan hingga delapan bulan, pendapat-pendapat itu yang satu lemah, dan yang lain kuat.
Begitu pula, mereka berselisih juga tentang bagaimana peminangannya kepada Nabi SAW, ada yang mengatakan peminangan itu terjadi melalui pamannya yang bernama Qabishah bin Amru Al-Hilali. Ada yang mengatakan, bahwa Nabi SAW sendiri telah pergi meminangnya, ketika Zainab datang menyerahkan perkara pernikahannya kepada Nabi SAW maka Nabi pun menikahi dengannya.
Yang sudah pasti, Zainab binti Khuzaimah adalah seorang wanita yang paling lembut pada zaman jahiliyah dan zaman Islam.
Rasulullah SAW telah menikahinya pada tahun ketiga Hijriyah, dan dia meninggal dunia pada tahun yang sama, padahal dia masih muda, usianya tidak lebih dari 30 tahun saja, masanya yang singkat dalam hidup Rasulullah SAW telah memberikan dia suatu kedudukan yang tinggi, sebagai seorang istri yang mulia dan luas belas kasihnya, menyeluruh kemurah hatiannya kepada orang orang miskin kaum muslimin dan janda- janda mereka. Sifat yang serupa ini tidak mungkin akan terulang lagi sesudahnya, yang memang sesuai sekali sebagai suatu lambang yang utama bagi istri-istri Nabi SAW, yang mana Siti Aisyah dan Siti Khadijah tergolong di antara wanita-wanita yang utama pula.

0 komentar:

Post a Comment