ADS

Sunday, 10 January 2016

HAFSAH BINTI SIRIN

HAFSAH BINTI SIRIN

Hafsah binti Sirin adalah salah seorang di antara wanita-wanita tab’iyat yang dimuliakan, dia terkenal sebagai wanita yang banyak beribadah, pandai dalam hal ilmu-ilmu hukum agama, baca A1-Qur’an dan Ilmu Hadist.
Dia seorang yang suka beribadah, suci, mulia sangat rajin dalam urusan agamanya. Dia juga wanita yang mula-mula dikenali memilih jalan sufi, tidak banyak dikenali tentang dirinya, atau tentang hidupnya yang khusus, atau tentang pernikahannya, hanya yang diketahui tentang dirinya, apa yang berkaitan dengan urusan agama saja.
Ibnu Abu Daud telah menyusun satu urutan tentang wanita-wanita yang terdepan, dan dia meletakkan nama Hafsah binti Sirin di awal urutannya. Kemudian berikutnya adalah Amrah binti Abdul Rahman, kemudian Ummi Darda’ yang kecil.
Ada sebuah riwayat yang mengatakan, bahwa Hafsah telah menghatamkan A1-Qur’an pada usia 12 tahun. Ayahnya Abu Sirin, apabila terdapat suatu masalah di dalam Al-Qur’an, dia akan berkata, “Coba pergi kepada si Hafsah, dan tanyalah dia cara membacanya”.
Hafsah telah mengasingkan dirinya sama sekali dari urusan dunia, dia tidak menginginkan suatu apapun dari mata benda dunia ini, dan tidak ada keperluan kepadanya, tiada sesuatupun yang memasygulkan dirinya, sebagaimana biasanya dapat memasygulkan wanita-wanita lain. Tidak pernah terdengar dari dirinya kegilaan atau keringanan, dan dia tidak pernah membiarkan perasaan kewanitaannya mempengaruhi dirinya. Dia menghabiskan semua tenaga dan pikirannya semata-mata untuk beribadah secara terus menerus sebagai suatu riyadhah kerohanian yang terbesar, ataupun sebagai cara hidupnya.


Pemikirannya jauh dari apa yang biasanya memasygulkan orang ramai, dia berenang di alam kerohaniaannya yang sendiri, dan naik dengan rohaninya ke arah langit, tanpa dipengaruhi oleh bumi. Seolah-olah dia telah paham sebenar-benarnya disebabkan cepatnya pelayaran, dan singkatnya masa untuk sampai kesana. Nah dia kini sedang berhenti di induknya menunggu gilirannya untuk berangkat, ke alam yang ditunggunya itu, dan waktunya kini hanya digunakan untuk menambah bekal untuk berangkat menuju kehidupan yang abadi.
Di antara cerita tentang kepribadiannya, bahwa dia senantiasa menyiapkan kain kafannya, yang merupakan satu potong dari pakainnya sendiri. Apabila dia naik haji, dia menggunakan kain itu untuk ihram, ketika tiba hari kesepuluh yang terakhir dari bulan Ramadhan, dia memakai kain itu, dan bangun beribadah di malam harinya, dia senantiasa berada dalam kesiapan akan wafatnya yang akan sampai pada setiap detik.
Dia seorang yang hidup sederhana sekali, merasa cukup dengan apa yang ada saja, tidak minta yang lain, suci bersih, murah hati, kuat bersabar, selalu melazimkan ketaatan kepada Allah SWT dan beribadat kepada-Nya. Seringkali apabila dia memasuki masjid, dia akan bersembahyang Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya’ kemudian terus duduk di situ untuk beribadah sehingga datanglah waktu subuh, lalu dia bersembahyang, dan apabila matahari mulai terbit, barulah ia kembali untuk tidur.
Biasanya setelah Hafsah bersembahyang Isya’ dia akan memulai bacaan Al-Qur’an sehinggalah tiba waktu Shubuh, dia selalu membaca setengah Al-Qur’an pada tiap-tiap malam, kebiasaannya yang dikerjakan tiap hari sama saja, tidak berubah. Hal ini dikerjakan sebagai rutinitas, yang tidak boleh berubah, tanpa menghiraukan penat, lelah, kebosanan atau penyendirian.
Tatkala tiba waktu Dzuhur, dia bangun dari tidurnya kemudian berwudlu dan pergi ke Masjid seperti kebiasaanya secara terus-menerus dan duduk di sana sampai tiba hari esoknya pula. Dia tidak pernah keluar dari masjid kecuali jika ada keperluan yang penting atau karena hendak menemui orang. Orang ramai mendatanginya untuk menanyakan masalah masalah agama dan meminta fatwanya.
Cara mengasingkan diri dan mengkonsentrasikan keinginan untuk terus-menerus beribadah, serta memutuskan diri dari kesibukan kehidupan, belum terkenal pada permulaan Islam. Sebab itulah Hafsah ini dijadikan misal yang luar biasa di antara kaum Muslimin dan Muslimat.
Hafsah kerap kali berpuasa, dan ada yang mengatakan bahwa dia adalah diantara orang-orang yang berpuasa di sepanjang masa. Dia tidak makan siang hari, melainkan pada dua hari raya, dan hari tasyrik dimana di haramkannya puasa.
Diantara pesan-pesannya:
“Wahai golongan pemuda! jagalah diri kamu pada masa kamu masih muda, dan beramalah sebanyak-banyaknya, sebab saya dapati orang yang beramal itu, pada masa mudanya!”
Hafsah merupakan perawi hadits juga. Dia pernah meriwayatkan daripada saudarnya Yahya dan juga daripada Anas bin Malik, Ummi Athiyah Al-Ansariyah Ar Rabab Ummi Raib, Abul Aliyah, dll. Dan diantara orang-orang yang meriwayatkan daripadanya, yaitu Muhammad binti Sirin, Qatadah, Ashim Al Awal, dll.
Dia mencapai usia 70 tahun dan dia meninggal dunia pada tahun 101 hijriah, dan pada riwayat yang lain, pada tahun 92 Hijrah.

0 komentar:

Post a Comment