HAFSAH BINTI SIRIN
Hafsah binti
Sirin adalah salah seorang di antara wanita-wanita tab’iyat yang dimuliakan,
dia terkenal sebagai wanita yang banyak beribadah, pandai dalam hal ilmu-ilmu
hukum agama, baca A1-Qur’an dan Ilmu Hadist.
Dia seorang
yang suka beribadah, suci, mulia sangat rajin dalam urusan agamanya. Dia juga
wanita yang mula-mula dikenali memilih jalan sufi, tidak banyak dikenali
tentang dirinya, atau tentang hidupnya yang khusus, atau tentang pernikahannya,
hanya yang diketahui tentang dirinya, apa yang berkaitan dengan urusan agama
saja.
Ibnu Abu Daud
telah menyusun satu urutan tentang wanita-wanita yang terdepan, dan dia
meletakkan nama Hafsah binti Sirin di awal urutannya. Kemudian berikutnya
adalah Amrah binti Abdul Rahman, kemudian Ummi Darda’ yang kecil.
Ada sebuah riwayat yang
mengatakan, bahwa Hafsah telah menghatamkan A1-Qur’an pada usia 12 tahun.
Ayahnya Abu Sirin, apabila terdapat suatu masalah di dalam Al-Qur’an, dia akan
berkata, “Coba pergi kepada si Hafsah, dan tanyalah dia cara membacanya”.
Hafsah telah
mengasingkan dirinya sama sekali dari urusan dunia, dia tidak menginginkan
suatu apapun dari mata benda dunia ini, dan tidak ada keperluan kepadanya,
tiada sesuatupun yang memasygulkan dirinya, sebagaimana biasanya dapat
memasygulkan wanita-wanita lain. Tidak pernah terdengar dari dirinya kegilaan
atau keringanan, dan dia tidak pernah membiarkan perasaan kewanitaannya
mempengaruhi dirinya. Dia menghabiskan semua tenaga dan pikirannya semata-mata
untuk beribadah secara terus menerus sebagai suatu riyadhah kerohanian yang
terbesar, ataupun sebagai cara hidupnya.
Pemikirannya
jauh dari apa yang biasanya memasygulkan orang ramai, dia berenang di alam
kerohaniaannya yang sendiri, dan naik dengan rohaninya ke arah langit, tanpa
dipengaruhi oleh bumi. Seolah-olah dia telah paham sebenar-benarnya disebabkan
cepatnya pelayaran, dan singkatnya masa untuk sampai kesana. Nah dia kini
sedang berhenti di induknya menunggu gilirannya untuk berangkat, ke alam yang
ditunggunya itu, dan waktunya kini hanya digunakan untuk menambah bekal untuk
berangkat menuju kehidupan yang abadi.
Di antara
cerita tentang kepribadiannya, bahwa dia senantiasa menyiapkan kain kafannya,
yang merupakan satu potong dari pakainnya sendiri. Apabila dia naik haji, dia
menggunakan kain itu untuk ihram, ketika tiba hari kesepuluh yang terakhir dari
bulan Ramadhan, dia memakai kain itu, dan bangun beribadah di malam harinya,
dia senantiasa berada dalam kesiapan akan wafatnya yang akan sampai pada setiap
detik.
Dia seorang
yang hidup sederhana sekali, merasa cukup dengan apa yang ada saja, tidak minta
yang lain, suci bersih, murah hati, kuat bersabar, selalu melazimkan ketaatan
kepada Allah SWT dan beribadat kepada-Nya. Seringkali apabila dia memasuki
masjid, dia akan bersembahyang Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya’ kemudian terus
duduk di situ untuk beribadah sehingga datanglah waktu subuh, lalu dia
bersembahyang, dan apabila matahari mulai terbit, barulah ia kembali untuk
tidur.
Biasanya
setelah Hafsah bersembahyang Isya’ dia akan memulai bacaan Al-Qur’an
sehinggalah tiba waktu Shubuh, dia selalu membaca setengah Al-Qur’an pada
tiap-tiap malam, kebiasaannya yang dikerjakan tiap hari sama saja, tidak
berubah. Hal ini dikerjakan sebagai rutinitas, yang tidak boleh berubah, tanpa
menghiraukan penat, lelah, kebosanan atau penyendirian.
Tatkala tiba
waktu Dzuhur, dia bangun dari tidurnya kemudian berwudlu dan pergi ke Masjid
seperti kebiasaanya secara terus-menerus dan duduk di sana sampai tiba hari esoknya pula. Dia tidak
pernah keluar dari masjid kecuali jika ada keperluan yang penting atau karena
hendak menemui orang. Orang ramai mendatanginya untuk menanyakan masalah
masalah agama dan meminta fatwanya.
Cara
mengasingkan diri dan mengkonsentrasikan keinginan untuk terus-menerus beribadah,
serta memutuskan diri dari kesibukan kehidupan, belum terkenal pada permulaan
Islam. Sebab itulah Hafsah ini dijadikan misal yang luar biasa di antara kaum
Muslimin dan Muslimat.
Hafsah kerap
kali berpuasa, dan ada yang mengatakan bahwa dia adalah diantara orang-orang
yang berpuasa di sepanjang masa. Dia tidak makan siang hari, melainkan pada dua
hari raya, dan hari tasyrik dimana di haramkannya puasa.
Diantara
pesan-pesannya:
“Wahai
golongan pemuda! jagalah diri kamu pada masa kamu masih muda, dan beramalah
sebanyak-banyaknya, sebab saya dapati orang yang beramal itu, pada masa
mudanya!”
Hafsah
merupakan perawi hadits juga. Dia pernah meriwayatkan daripada saudarnya Yahya
dan juga daripada Anas bin Malik, Ummi Athiyah Al-Ansariyah Ar Rabab Ummi Raib,
Abul Aliyah, dll. Dan diantara orang-orang yang meriwayatkan daripadanya, yaitu
Muhammad binti Sirin, Qatadah, Ashim Al Awal, dll.
Dia mencapai usia 70 tahun dan
dia meninggal dunia pada tahun 101 hijriah, dan pada riwayat yang lain, pada
tahun 92 Hijrah.
0 komentar:
Post a Comment