SHAFIYAH BINTI ABDUL MUTHALIB
Shafiyah binti
Abdul Muthalib bin Hasyim tidak memiliki sifat yang istimewa di zaman
jahiliyah, dia hanya dikenal sebagai
keturunan keluarga Quraisy yang mulia. Dia telah menikah dengan
Al-Harist bin Harb bin Umayyah. Setelah suaminya meninggal dunia, dia menikah
lagi dengan Al-Awwam bin Khuwailid bin Asad, dan dari Al-Awwam inilah shafiyah
mendapatkan keturunan yaitu: Az-Zubair, As-Sa’ib, dan Abdul Ka’bah.
Shafiyah
adalah saudara Abdullah bin Abdul Muthalib (ayah Nabi SAW) dan ibu Shafiyah
yang bernama Halah binti Wahab ialah saudara perempuan Siti Aminah (ibu Nabi SAW). Sedangkan Hamzah bin Abdul Muthalib adalah
adik kakak dengan Shafiyah dari seorang
ayah dan ibu. Shafiyah telah memeluk agama Islam pertama kali ketika Nabi
menyiarkan agama Islam ke keluarganya dan mengingatkan keluarganya tentang
siksa berat yang akan menimpa mereka, jika mereka tidak mau beriman kepada
Allah. Pada waktu itu Shafiyah langsung percaya pada Nabi dan beriman pada
Allah. Kaum keluarga Nabi berkumpul dia atas bukit Shafa, lalu Nabi SAW berdiri
di atas bukit itu dan berkata: “Ingatlah, wahai kaum keluargaku!
Sesungguhnya aku ini membawa peringatan kepada kamu sekalian! Jika kamu tidak
beriman pada Allah maka siksa yang berat akan menimpa kamu semua!” Shafiyah langsung beriman dengan
apa yang diucapkan Nabi SAW dan meminta kepada keluarganya supaya beriman pada
Allah.
Shafiyah telah
mengikuti Hijrah Nabi ke Madinah, dan mengikuti Nabi dalam memerangi kaum musyrikin. Dia merupakan penyair Arab yang
berbakat dan juga pandai merangkaikan syair-syairnya untuk mujahidin yang gugur
dalam peperangan. Syairnya dibuat dengan tujuan untuk memuji jasa-jasa para
mujahidin dan mengatakan kebaikan-kebaikan para mujahidin selama mereka masih
hidup. Dia juga telah membuat syair pujian untuk ayahnya ketika wafat. Dia juga
telah membuat syair buat saudaranya Hamzah, ketika Hamzah gugur syahid di medan Uhud. Dia juga
membuat syair buat saudaranya, Az-Zubair bin Abdul Muthalib dan yang terakhir
kalinya dia membuat syair untuk Nabi Muhammad SAW dalam rangka mengenang
perjuangan beliau.
Shafiyah
mengikuti Nabi dalam peperangan Uhud dan Khandaq, dimana kaum musyrikin
mengepung Madinah. Ketika Shafiyah melihat kaum muslimin mundur dari medan Uhud, dia mengambil
dan memegang tombak dan diacung-acungkan kepada orang-orang muslim yang lari
meninggalkan Rasulullah SAW, seraya berkata: “kamu lari tinggalkan Rasulullah SAW
ya!”. Ketika Rasulullah melihat apa yang dilakukan Shafiyah Nabi menyuruh
Az-Zubair bin Awwam supaya menarik ibunya dari medan itu, supaya Shafiyah tidak melihat
mayat saudaranya yaitu Hamzah.
Pertempuran di
Uhud sudah hampir selesai, dan mayat Hamzah bin Abdul Muthalib hampir tidak
dikenali lagi karena banyaknya luka dan cincangan yang diperbaut oleh orang-orang
musyrik. Hal ini menunjukkan bahwa dendam kaum musyrikin terutama Hindun binti
Utbah pada Hamzah paman Nabi sangat dalam. Hindun telah mengupah seorang hamba
Habasyi untuk mengikuti jalannya perang Hamzah, sehingga dia bisa mengetahui
waktu lengahnya Hamzah dan ketika Hamzah lengah Hindun menyuruh orang Habasy
itu untuk membunuh Hamzah yang sedang sibuk bertempur di medan perang. Ketika
Hamzah jatuh ke tanah dan meninggal datanglah Hindun dan teman-temannya dengan
membawa sabit dan pedang memotong-potong tubuh Hamzah dengan penuh kebuasan dan
sikap kebinatangan.
Ketika
Rasulullah SAW melihat tubuh Hamzah dipotong-potong oleh kaum musyrikin itu,
Nabi sedih luar biasa, dan beliau merasa dirinya ditusuk oleh sembilu. Ketika
Nabi berdiri dan menyaksikan perbuatan kaum musyrikin, tiba-tiba Nabi melihat
bibinya yaitu Shafiyah binti Abdul Muthalib menuju ke tempat itu. Maka Nabi
meminta anaknya, supaya menahan ibunya supaya tidak datang ketempat itu, karena
Nabi takut kalau Shafiyah tidak akan kuat melihat mayat Hamzah yang hampir
tidak dikenali karena perbuatan biadab. Akan tetapi Shafiyah terus berontak dan
menolak anaknya, dia terus saja maju ke depan dan berkata pada anaknya: “Pergi
dari sini ya Zubair! Kau tidak punya ibu lagi”.
Zubair terpaku
di tempat mendengar kemarahan ibunya, lidahnya kelu tidak dapat berkata-kata
lagi. Dia langsung memberitahu Rasulullah bahwa ibunya berontak dan terus saja
maju ke medan
pertempuran. Rasulullah SAW berkata: “Sudah biarkan saja dia” Kaum
Muslimin membuka jalan untuk Shafiyah maju ke medan perang. Dia berlari untuk melihat
saudaranya yang dipotong-potong kaum musyrikin. Dia langsung beristighfar dan
mendo’akan Hamzah. Kemudian Shafiyah berkata pada anaknya, “Katakan pada
Rasulullah! Kami tidak senang dengan apa yang terjadi pada sabilillah ini
(Hamzah) akan tetapi kita akan menahan diri dan bersabar”.
Shafiyah juga
telah menyaksikan peperangan yang sedang meruncing di parit-parit Khandaq,
datanglah seorang Yahudi berkeliling di sekitar benteng itu tanpa sebab. Sebenarnya suku Yahudi
Quraizhah telah memungkiri janji mereka dengan Nabi SAW. Oleh sebab itu ketika
Shafiyah melihat Yahudi, dia curiga, lalu berkata kepada Hasan, “Wahai Hasan! Orang
Yahudi itu mengelilingi benteng kita, sebagaimana yang kau lihat. Sesungguhnya
aku, demi Allah, bimbang melihat orang Yahudi itu mengintip-intip kami. Kaum Yahudi
berada di belakang kita, dan Rasulullah SAW beserta kaum muslimin sedang
bertahan di medan
perang disana. Maka turunlah kau ke bawah benteng itu, dan bunuhlah orang Yahudi
itu”. Tetapi Hasan menjawab: “semoga Allah mengampuni kau, wahai puteri Abdul
Muthalib! Demi Allah, kau sudah tahu, bukan aku orang yang kau suruh untuk
kebawah”. Ketika Shafiyah mendengar jawaban Hasan dan tidak sanggupnya untuk
turun, Shafiyah mengambil sebatang kayu dan turun ke benteng itu. dia
bersembunyi di bawah menuggu orang Yahudi, ketika datang orang tersebut dia
langsung memukulnya dengan sekuat tenaga, lalu membunuhnya. Shafiyah juga
menyertai Nabi dalam peperangan Khaibar, pada peperangan ini umat Islam
berhasil menghancurkan semua benteng-benteng Yahudi dan Nabi serta kaum
muslimin kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan.
Shafiyah masih
hidup, ketika Rasulullah SAW wafat. Menurut setengah riwayat, Ia meninggal dunia pada zaman khalifah Usman bin
Affan r.a. tetapi di dalam Tarikh Ath-Thabari bahwasanya Shafiyah telah
meninggal dunia pada zaman Khalifah Umar bin Al-Khathab r.a dan umurnya
kira-kira 73 tahun, dan dikuburkan di pekuburan Baqi’.
Shafiyah telah
meriwayatkan beberapa hadist dari Nabi SAW dan banyak perawi yang meriwayatkan
darinya. Semoga Allah selalu meridhoinya. Amin.
0 komentar:
Post a Comment